Pola Asuh, Pemred Sarjono: Kunci Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan

Pola Asuh, Pemred Sarjono: Kunci Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan

Smallest Font
Largest Font

SURABAYA - Pemimpin Redaksi Garudasatu.id mengungkapkan bahwa bullying adalah masalah klasik yang terus mengganggu, termasuk yang sering terjadi di Indonesia. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, masalah ini tampaknya tak kunjung selesai, terutama di lingkungan sekolah.

Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada terjadinya bullying adalah pola asuh yang tidak tepat, yang dapat membentuk perilaku kekerasan pada anak. Berikut beberapa faktor yang berhubungan erat dengan pola asuh yang kurang baik:

Advertisement
Scroll To Continue with Content

1. Terpapar Tindakan Kekerasan

Anak yang sering terpapar kekerasan, baik verbal maupun non-verbal, baik langsung maupun tidak langsung, cenderung menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar. Orang tua sebaiknya menghindarkan anak dari paparan kekerasan.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

2. Menyepelekan Perilaku Anak

Beberapa orang tua sering menyepelekan perilaku anak dengan alasan kasih sayang atau untuk memanjakan anak. Mereka mungkin berpikir bahwa anak belum mengerti perilaku yang tidak pantas dan menormalisasi perilaku buruk dengan ungkapan seperti "namanya juga anak-anak." Sebaiknya, orang tua harus menjelaskan dampak dari perilaku tersebut dan mendorong anak untuk memahami bagaimana perasaan orang lain jika mereka mengalami tindakan yang sama.

Bullying dapat terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada terhadap perubahan perilaku anak, yang bisa menandakan bahwa anak menjadi korban atau pelaku bullying. Anak korban bullying biasanya menunjukkan gejala seperti kehilangan minat pada aktivitas, malas pergi ke sekolah, dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Sebaliknya, anak pelaku bullying sering menunjukkan perilaku seperti kesulitan mengendalikan amarah, keinginan mendominasi. 

Menurut Pemimpin Redaksi Garudasatu.id, Sarjono mengatakan pentingnya pola asuh yang benar dalam keluarga sangat jelas. Pola asuh yang buruk dapat berujung pada perilaku kekerasan anak di bawah umur.

"Bicara soal faktor yang mempengaruhi anak menjadi pelaku kekerasan, banyak aspek yang berperan, tetapi pola asuh dan lingkungan anak adalah kunci utamanya," katanya.

Seringkali, orang tua kurang memperhatikan pertumbuhan emosional anak, yang penting untuk membangun kedekatan emosional. Orang tua mungkin terlalu fokus pada kewajiban akademis dan patuh tanpa memberikan contoh atau terlibat secara emosional.

"Anak bisa saja rajin belajar, tetapi tanpa ikatan emosional yang kuat, mereka mungkin menunjukkan perilaku yang bertolak belakang di luar rumah. Hal ini bisa terjadi karena kedekatan emosional tidak terbangun, mungkin karena kesibukan orang tua," tambah Pemimpin Redaksi.

Peran orang tua dalam mengasuh anak sangat vital. Kontrol yang lemah dapat membuat anak terjerumus dalam pengaruh negatif dari berbagai media. Kasus bullying seringkali mencerminkan betapa pentingnya pola asuh keluarga yang baik.

"Meski anak tidak tinggal bersama orang tuanya, pola asuh yang baik tetap mempengaruhi perkembangan mereka," tutup Pemimpin Redaksi. (Tim) 

Surabaya, 3 Agustus 2024

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow